Sore itu aku merasakan ada yang sakit di dadaku, entah apa aku
tak tau, apa yang membuat perasaanku gelisah. Semakin ku hindari dan tak
ku rasakan sakit itu, semakin terasa dan semakin menjadi-jadi. Ada apa?
Apa yang terjadi? Hatiku selalu bertanya-tanya dalam kesendirian ku
ini.
Hari semakin malam, aku duduk di teras depan rumahku, tubuhku
ku sandarkan ke dinding dengan kepala mendongak ke langit memandangi
bintang yang bertaburan seperti membentuk sebuah simbol senyuman.
Terlena aku ketika memandang bintang-bintang tersebut. Sampai-sampai
tidak merasakan sakit di dadaku. Kupandangi dan terus kupandang hingga
mendung datang menutupinya, mengagetkanku dan aku kembali merasakan
sakit itu.
“ Roy.. “
Terdengar suara memanggilku. Aku menoleh kebelakang, dikejauhan nampak
seorang wanita memakai baju berwarna hijau, ia melambaikan tangannya,
seolah memanggilku untuk segera kesana.
“ Kamu tau kan hari ini tanggal berapa? “ tanya welsa, wanita yang akan menjadi istriku.
“ Tau dong, hari ini kita mau fitting baju pengantin kan? “
“ Kita bisa berangkat sekarang kan? “
“ Tentu “ jawabku singkat.
Aku dan welsa bergegas menuju Boutique tempat kita fitting baju
pengantin untuk pernikahan kita besok. Sesampai disana welsa
memilih-milih gaun yang menurutnya cocok untuk pernikahan kita nanti.
Aku bahagia melihat welsa sangat antusias dan terkesan tidak sabar untuk
menjajal gaun tersebut. Ketika welsa keluar dari kamar pas aku hanya
bisa diam mematung, menikmati keindahan yang ada didepanku saat ini. Ia
begitu cantik mengenakan gaun itu. Dalam hatiku berkata aku tidak salah
menemukan tulang rusuk seperti dia. Bukan hanya cantik wajah, hati dan
sikapnya sopan yang bisa membuat laki-laki mampu terhipnotis olehnya.
“ Sayang, kamu cantik sekali memakai gaun itu. “ kataku sambil
membelai rambutnyang terurai lurus itu. Ia hanya membalasnya dengan
senyuman manja.
“ Aku tidak salah menemukan tulang rusuk sepertimu. “
Ada tertulis. Tuhan melihat Adam kesepian, saat Adam tidur Tuhan
mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan hawa. Karena itu semua pria
mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya
ia tidak lagi merasakan sakit dihatinya.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari
pernikahanku dengan welsa, tidak ada yang tidak berbahagia pada hari
itu. Semuanya para undangan sangat berbahagia menyaksikan kebahagiaan
dua insan yang disatukan dalam ikatan suci sebuah pernikahan.
Hari terus berlalu usia pernikahan kami sudah memasuki angka 3
tahun. Selama 2 tahun kami sangat bahagia walaupun kami belum dikaruniai
anak. Tapi menginjak 3 tahun rumah tangga kami mulai tidak seharmonis
dulu. Karena aku sibuk bekerja dan jarang pulang welsa selalu
marah-marah padaku.
Suatu ketika, waktu aku baru pulang bekerja welsa memarahiku
karena selama 1 minggu tidak memberi kabar. Disitulah mulai terjadi
pertengkaran hebat, disitu jugalah aku kelepasan mengatakan yang
seharusnya tidak ku katakan.
“ Kalau kamu tetap menyalahkan aku, kamu tidak suka dengan
Pekerjaanku, silahkan kamu keluar dari rumahku. Dan aku akan
Mengurus surat cerai untukmu.! “
“ Baiklah , lebih baik aku pergi dari sini, aku sudah tidak betah
Hidup seperti ini. “ jawab welsa sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Akhirnya welsa meninggalkan rumahku.
Hatiku masih panas terbakar amarah. Setelah 10 menit kepergian welsa,
entah mengapa tiba-tiba hatiku sakit, dadku sakit. Aku menyesal dengan
apa yang telah aku lakukan. Sekarang kemana aku harus mencari welsa.
Sedangkan handphonenya sulit dihubungi, dirumah orang tuanya pun juga
tidak ada.
5 tahun sudah aku berpisah dengan welsa. Semenjak itu kami
sama sekali tidak pernah bertemu. Yang aku dengar welsa sekarang ada
diluar negeri. Dan sampai saat ini juga aku belum menemukan pengganti
welsa.
Ketika aku mengantar temanku ke bandara. Sekilas aku melihat
sosok wanita yang aku kenal. Ya,, dia welsa. Seseorang yang selama 3
tahun hidup dengan ku. Aku kangen sama dia, ingin rasanya aku
memeluknya. Aku mencoba memberanikan diri untuk menyapanya, tapi dalam
hati masih ragu, aku takut welsa masih marah atas perlakuanku 5 tahun
silam. Jantung ini berdebar hebat ketika aku berjalan hampir di
depannya. Karena aku takut, aku mengurungkan niatku untuk menyapanya.
Tapi setelah aku dua langkah kakiku melintas didepannya, welsa
memanggilku.
“ Roy, itu kamu? “
Sontak aku kaget dan menoleh padanya. Aku malu, malu pada diriku sendiri. Dengan terbata-bata aku menjawab sapaan welsa
“ i.. iya.. kamu apa kabra? “
“ Aku baik-baik saja, kamu bagaimana? “ jawabnya sambil tersenyum padaku.
Dari situ kami mulai akrab kembali. Ternyata welsa sudah melupakan
kejadian 5 tahun silam. Aku bahagia karena welsa juga sudah memaafkanku.
“ Kabari aku kalau kamu sempat. Kamu tau nomer telepon kita?
Belum ada yang berubah. “
“ Tidak akan ada yang berubah. “ kata welsa dengan tersenyum manis.
Akhirnya welsa meninggalkan tempatnya berdiri, karena pesawat sebentar lagi akan berangkat.
Seminggu semenjak kepergian welsa. Aku mendapat kabar bahwa
welsa kecelakaan, ia meninggal. Malam itu aku kembali merasakn sakit di
dadaku. Kini aku sadar, sakit itu karena welsa, tulang rusuk ku sendiri
yang dengan bodohnya aku patahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar