Minggu, 10 Februari 2013

Tulang Rusuk yang Hilang

Sore itu aku merasakan ada yang sakit di dadaku, entah apa aku tak tau, apa yang membuat perasaanku gelisah. Semakin ku hindari dan tak ku rasakan sakit itu, semakin terasa dan semakin menjadi-jadi. Ada apa? Apa yang terjadi? Hatiku selalu bertanya-tanya dalam kesendirian ku ini.
Hari semakin malam, aku duduk di teras depan rumahku, tubuhku ku sandarkan ke dinding dengan kepala mendongak ke langit memandangi bintang yang bertaburan seperti membentuk sebuah simbol senyuman. Terlena aku ketika memandang bintang-bintang tersebut. Sampai-sampai tidak merasakan sakit di dadaku. Kupandangi dan terus kupandang hingga mendung datang menutupinya, mengagetkanku dan aku kembali merasakan sakit itu.
“ Roy.. “
Terdengar suara memanggilku. Aku menoleh kebelakang, dikejauhan nampak seorang wanita memakai baju berwarna hijau, ia melambaikan tangannya, seolah memanggilku untuk segera kesana.
“ Kamu tau kan hari ini tanggal berapa? “ tanya welsa, wanita yang akan menjadi istriku.
“ Tau dong, hari ini kita mau fitting baju pengantin kan? “

“ Kita bisa berangkat sekarang kan? “
“ Tentu “ jawabku singkat.
Aku dan welsa bergegas menuju Boutique tempat kita fitting baju pengantin untuk pernikahan kita besok. Sesampai disana welsa memilih-milih gaun yang menurutnya cocok untuk pernikahan kita nanti. Aku bahagia melihat welsa sangat antusias dan terkesan tidak sabar untuk menjajal gaun tersebut. Ketika welsa keluar dari kamar pas aku hanya bisa diam mematung, menikmati keindahan yang ada didepanku saat ini. Ia begitu cantik mengenakan gaun itu. Dalam hatiku berkata aku tidak salah menemukan tulang rusuk seperti dia. Bukan hanya cantik wajah, hati dan sikapnya sopan yang bisa membuat laki-laki mampu terhipnotis olehnya.
“ Sayang, kamu cantik sekali memakai gaun itu. “ kataku sambil membelai rambutnyang terurai lurus itu. Ia hanya membalasnya dengan senyuman manja.
“ Aku tidak salah menemukan tulang rusuk sepertimu. “
Ada tertulis. Tuhan melihat Adam kesepian, saat Adam tidur Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan hawa. Karena itu semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya ia tidak lagi merasakan sakit dihatinya.
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari pernikahanku dengan welsa, tidak ada yang tidak berbahagia pada hari itu. Semuanya para undangan sangat berbahagia menyaksikan kebahagiaan dua insan yang disatukan dalam ikatan suci sebuah pernikahan.
Hari terus berlalu usia pernikahan kami sudah memasuki angka 3 tahun. Selama 2 tahun kami sangat bahagia walaupun kami belum dikaruniai anak. Tapi menginjak 3 tahun rumah tangga kami mulai tidak seharmonis dulu. Karena aku sibuk bekerja dan jarang pulang welsa selalu marah-marah padaku.
Suatu ketika, waktu aku baru pulang bekerja welsa memarahiku karena selama 1 minggu tidak memberi kabar. Disitulah mulai terjadi pertengkaran hebat, disitu jugalah aku kelepasan mengatakan yang seharusnya tidak ku katakan.
“ Kalau kamu tetap menyalahkan aku, kamu tidak suka dengan
Pekerjaanku, silahkan kamu keluar dari rumahku. Dan aku akan
Mengurus surat cerai untukmu.! “
“ Baiklah , lebih baik aku pergi dari sini, aku sudah tidak betah
Hidup seperti ini. “ jawab welsa sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Akhirnya welsa meninggalkan rumahku.
Hatiku masih panas terbakar amarah. Setelah 10 menit kepergian welsa, entah mengapa tiba-tiba hatiku sakit, dadku sakit. Aku menyesal dengan apa yang telah aku lakukan. Sekarang kemana aku harus mencari welsa. Sedangkan handphonenya sulit dihubungi, dirumah orang tuanya pun juga tidak ada.
5 tahun sudah aku berpisah dengan welsa. Semenjak itu kami sama sekali tidak pernah bertemu. Yang aku dengar welsa sekarang ada diluar negeri. Dan sampai saat ini juga aku belum menemukan pengganti welsa.
Ketika aku mengantar temanku ke bandara. Sekilas aku melihat sosok wanita yang aku kenal. Ya,, dia welsa. Seseorang yang selama 3 tahun hidup dengan ku. Aku kangen sama dia, ingin rasanya aku memeluknya. Aku mencoba memberanikan diri untuk menyapanya, tapi dalam hati masih ragu, aku takut welsa masih marah atas perlakuanku 5 tahun silam. Jantung ini berdebar hebat ketika aku berjalan hampir di depannya. Karena aku takut, aku mengurungkan niatku untuk menyapanya. Tapi setelah aku dua langkah kakiku melintas didepannya, welsa memanggilku.
“ Roy, itu kamu? “
Sontak aku kaget dan menoleh padanya. Aku malu, malu pada diriku sendiri. Dengan terbata-bata aku menjawab sapaan welsa
“ i.. iya.. kamu apa kabra? “
“ Aku baik-baik saja, kamu bagaimana? “ jawabnya sambil tersenyum padaku.
Dari situ kami mulai akrab kembali. Ternyata welsa sudah melupakan kejadian 5 tahun silam. Aku bahagia karena welsa juga sudah memaafkanku.
“ Kabari aku kalau kamu sempat. Kamu tau nomer telepon kita?
Belum ada yang berubah. “
“ Tidak akan ada yang berubah. “ kata welsa dengan tersenyum manis.
Akhirnya welsa meninggalkan tempatnya berdiri, karena pesawat sebentar lagi akan berangkat.
Seminggu semenjak kepergian welsa. Aku mendapat kabar bahwa welsa kecelakaan, ia meninggal. Malam itu aku kembali merasakn sakit di dadaku. Kini aku sadar, sakit itu karena welsa, tulang rusuk ku sendiri yang dengan bodohnya aku patahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar